DOA DAN BUNGKUSAN YANG RUWET
membuka sesi pertanyaan dalam sebuah pengajian..
"Apa itu, Bu Kus?" tanya Sang Ustadz.
"Suatu kali saya berdoa: Ya Allah, jadikan saya isteri
yang selalu terlihat cantik di mata suami."
"Doa yang bagus, dong," sergah Pak Ustadz, "lalu apa
yang terjadi?"
"Ya, memang bagus, Pak. Tetapi, esok harinya wajah
saya mulai ditumbuhi jerawat yang saya tidak tahu
darimana datangnya. Banyak. Beberapa hari kemudian
malah memenuhi seluruh wajah. Saya jadi kebingungan.
Akhirnya mau tidak mau saya harus menjalani perawatan
kecantikan wajah ke sebuah salon kecantikan, suatu hal
yang tidak pernah saya lakukan. Saya harus datang ke
tempat itu untuk membersihkan jerawat di muka saya.
Berkali-kali. Berhari-hari. Hasilnya tentu saja
mengejutkan saya. Wajah saya menjadi lebih bersih dari
semula. Lebih cantik."
"Berarti doa ibu dikabulkan sama Allah. Ya nggak?"
"Ya, sih Pak. Tetapi itu belum seberapa, Pak."
"Maksudnya gimana?"
"Saya juga pernah berdoa yang tak biasa, Pak. Doa yang
lain."
"Apa itu?"
"Saya berdoa agar Allah menjadikan saya isteri yang
setia pada suami."
"Doa yang bagus juga. Lalu apa yang terjadi, Bu?"
"Esok harinya, suami saya jatuh sakit. Tak bisa
bangun. Ia harus dirawat di rumah sakit. Berhari-hari.
Saya mau tak mau harus menungguinya selama terbaring
itu. Saya bahkan sampai merasa itu semua seperti ujian
bagi saya. Ujian terhadap kesetiaan saya, apakah saya
tetap setia pada suami apa tidak. Saya seketika
teringat akan doa yang pernah saya panjatkan
sebelumnya."
"Berarti doa ibu dikabulkan sama Allah. Ya nggak?"
"Ya, sih, Pak."
"Lalu sekarang, pertanyaannya Ibu apa?"
"Bukan pertanyaan, Pak."
"Lalu apa?"
"Sekarang ini, saya justru merasa takut untuk berdoa.
Gimana ini?"
Dari dialog diatas, ada pertanyaan yang muncul
"Apakah Tuhan memberikan apa yang engkau harap dengan
mengantarkannya dalam bungkusan yang indah?"
"Tidak!!!".. ..."Tuhan tidak mengantarkan apa yang
engkau minta dalam sebuah bungkusan yang menarik lagi
indah.
Bahkan Ia mengantarkannya dalam bungkusan yang jelek,
ruwet, carut-marut, dan kelihatannya sukar untuk
dibuka. Pertanyaannya adalah: mengapa?"
"Itu tidak lain karena Ia ingin melihat bagaimana
engkau membuka bungkusan itu dengan penuh kesabaran,
telaten, bersusah-payah lapis demi lapis, sedikit demi
sedikit, terus, terus, dan terus. Tak pernah berhenti
apalagi berpaling. Hingga pada akhirnya bungkus
terakhir terbuka dan engkau mendapatkan sesuatu yang
engkau harapkan ada di dalamnya."
Bukankah Allah pasti akan mengabulkan apa yang
hamba-Nya pinta? Kuncinya kalau begitu adalah: jangan
pernah berhenti memuja. Jangan pernah berhenti
berharap.
Allah tidak tidur.
Allah maha mengetahui.
Allah maha mendengar.
Dia maha rahman dan rahim.
Sungguh tak ada yang sepatutnya kita lakukan kecuali
selalu berprasangka baik pada setiap pemberian-Nya.
Entah nikmat, entah musibah. Karena musibah pun
mungkin hanyalah bungkus belaka; yang selayaknya kita
yakini bahwa itu semua hanya karena Ia ingin melihat
kita membukanya dengan sepenuh cinta
Labels: renungan
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home